Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Test link
Postingan

Antara Kasus Penyuapan dan Pelayanan Birokrasi Publik

Antara kasus penyuapan dan pelayanan birokrasi Publik

Kasus suap bukanlah suatu pemberitaan yang jarang terdengar di negeri ini. Penyuapan seakan sebuah tindakan yang telah menjadi akar budaya bangsa ini. Kasus suap berujung pada kerugian negara dan melibatkan para elit pemerintahan maupun politik yang berdampak pada rusaknya birokrasi publik. Masyarakat sudah tidak terlalu percaya lagi terhadap aparat penegak hukum yang sering tersandung kasus penyuapan. Inilah kemudian yang menjadi dasar acuan pada maraknya kasus-kasus korupsi terhadap pelayanan birokrasi publik.
Namun di tengah skeptisisme tentang aparat penegak hukum, apakah benar bahwa korupsi sudah menjadi semacam kutukan dalam demokratisasi di Indonesia yang tengah berkembang ini ? Apakah benar bahwa korupsi semata hanya persoalan moralitas para penguasa atau penegak hukum saja ? Dari pengalaman sehari-hari tentang gambaran interaksi antara pejabat dan rakyat,antara penguasa dan yang dikuasai, korupsi ternyata merupakan penyakit yang melibatkan hampir semua unsur masyarakat. Ada jutaan pejabat publik yang sudah biasa menerima suap. Sebagian mungkin dilakukan tanpa rasa bersalah atau mungkin tanpa memahami bahwa yang dilakukannya sudah termasuk korupsi. Sementara itu, sebagian masyarakat yang berinteraksi dengan birokrasi publik juga sudah biasa melakukan praktik suap. Jadi, korupsi adalah wajah buruk kita bersama.
Menurut Webber, birokrasi merupakan unit sosial yang memiliki tujuan, struktur hierarki dan aturan yang jelas. Suatu aparat penegak hukum yang melakukan penyuapan sebenarnya telah melanggar aturan birokrasi itu. Nah, bagaiman pelayanan terhadap rakyat akan kesejahteraan mereka bisa menimbulkan kepercayaan kembali tentang aparat ini. Namun kadang masyarakat juga tidak tahu antara pemberian hadiah dan suap. Inilah salah satu cara aparat dalam meningkatkan ranking kepercayaan masyarakat terhadap dirinya. Susah sekali menghilangkan tradisi suap dan meningkatkan pelayananan birokrasi.
Sudah selayaknya kita menganggap bahwa aparat penegak hukum tidak memiliki kredibilitas lagi. Masalah seperti inilah yang kemudian menjadi keraguan rakyat terhadap kinerja para birokrat yang semakin memburuk. Tidak adanya peningkatan, kasus suap dimana-mana, bahkan aparaturnya sendiri yang terlibat. Salah satu cara agar memiliki kepercayaan kembali terhadap rakyat adalah tegas pada hukum, tidak memihak, bertanggung jawab, dan tidak pernah terlibat lagi pada kasus penyuapan yang terjadi. Perilaku birokrasi harus menjaga karakteristik individu maupun birokrasinya, sehingga pelayanan birokrasi publik dapat berjalan baik. Oleh sebab itu, aparat birokrasi harus membenah diri dan mematuhi aturan serta menjaga karakteristik birokrasinya agar masyarakat tidak berasumsi salah atau buruk terhadap kinerja birokrat.


Dengan mendedikasikan diri sebagai manusia yang berakal, maka tugas utnuk siap dibebani adalah jawaban. Bukan malah memberikan beban kepada mereka yang pura-pura berakal.

Posting Komentar

© Ilyas Yusuf. All rights reserved. Distributed by Jago Desain