Oleh : Ilyas Yusuf
Kala pusat rohaniah mengisyaratkan
ketangguhan
Dan jasmaniah tergerak
menjalaninya
Aku kembali akan bercerita
Tentang kisah-kisah kenangan
Sekawan cilik yang
waktu itu ku ceritakan
Kembali menggeliat
menantang alam
Kali ini, bukan
tentang kekuatan jasmani
Tetapi, tentang
ketangguhan rohani
Sama seperti kehidupan bocah desa
lainnya
Habis malam terbitlah pagi,
begitulah jua
Habis sekolah di waktu pagi
Lalu berangkat mengaji setelahnya
Hmm…!!!
Yang teringat waktu
lalu
Banyak tantangan
yang menghadang laju
Hewan pemburu
penakut, dan
Si kerbau yang
setengah gila
Dan teringat juga waktu lalu
Sekawan cilik sesekali berjalan
berlari
Di bawah terik matahari atau
guyuran hujan
Sambil agak berlari, dan berlomba
sepeda
Jarak hanya bisa
menjadi tantangan
Waktu mungkin
mengiramakan kejadian
Yang telah menua
telah terjadi
Mungkin membusuk,
atau terkenang mewangi
Dan yang teringat juga waktu lalu
Mereka melihat pohon yang berbuah
Memetik dengan sukarela, padahal
milik Pak Tua
Mereka berucap “Perutku mencekam
memaksa”
Pengaji tangguh,
Bukan makna
sesungguhnya
Bacaan yang fasih
atau dalil yang sempurna
Namun, karena
kencangnya berlari ria
Melawan hewan
pemburu penakut
Memaki kerbau yang
setengah gila
Menempuh jarak yang
menguras otot
Bersepeda dengan
tiga pengendara
Apalagi perut yang
sering mencekam
Itu adalah pengaji
tangguh
Ini sedikit cerita yang teringat
Meraih masa lalu ternyata lebih
sulit
Karena “lalu” tak bisa diperbaiki
Tetapi “lalu” dapat dipelajari